Warna Langit
Jika anda sering menatap langit yang berwarna biru saat cuaca sedang baik tak ada yang menyangkal bahwa langit itu indah. Dengan warna biru yang mendominasi, keindahan langit sangat mempesona dengan awan yang menghiasi.
Timbul pertanyaan yang
kerap muncul di benak kita, mengapa langit berwarna biru? Mengapa bukan warna
hijau, merah, atau yang lainnya? Apakah warna biru tersebut merupakan warna
pantulan dari warna air di samudra yang luas? Banyak pertanyaan yang muncul
mengenai hal tersebut.
Pada dasarnya warna
langit bumi bukanlah biru, melainkan tidak memiliki warna. Jika kita
mengklarifikasi permasalahan ini secara fisika maka penjelasan mengenai
peristiwa ini dapat terjawab secara ilmiah.
Sebelum membahas
mengenai hal tersebut, mari kita pelajari terlebih dahulu gelombang cahaya.
Gelombang cahaya merupakan salah satu dari gelombang elektromagnetik. Jika anda
pernah mengamati warna cahaya matahari maka anda hanya melihat cahaya yang
berwarna putih. Sejatinya cahaya matahari tersebut tidak hanya memiliki satu
gelombang warna saja melainkan memiliki beberapa gelombang warna yang lain.
Salah
satu ilmuan fisika Isaac Newton untuk
pertama kalinya menguji coba seberkas cahaya tampak yang berasal dari matahari
dilewatkan pada sebuah prisma kaca. Hasilnya seberkas cahaya matahari melewati prisma dan
terbias melebar, lalu beberapa warna terlihat akibat hamburan cahaya dari
prisma tersebut.
Ternyata
cahaya dapat terhambur (spectrum) oleh
prisma kaca dan membuktikan bahwa cahaya putih ternyata terdiri dari beberapa
macam warna seperti ungu, biru,
hijau, kuning, orange dan merah.
Urutan
cahaya tergantung dari besar kecilnya gelombang tersebut. Pada keadaan normal,
biasanya urutan warna yang nampak akan berurutan dari warna merah, orange, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu.
Kita
kembali pada permasalahan awal yaitu mengapa langit berwarna biru? Setalah
mengetahui bahwa cahaya matahari memiliki berbagai jenis gelombang warna maka
penjelasan selanjutnya akan kita klarifikasi.
Cahaya
matahari yang dipancarkan oleh pusat tata surya (matahari) yang menuju ke
planet bumi pertama-tama akan menghantam lapisan atmosfir. Diluar angkasa, cahaya matahari yang
pada awalnya tidak berinteraksi dengan media apapun saat memasuki atmosfer
mulai berinteraksi dengan molekul molekul udara yang dapat menyebabkannya
terhambur ke segala arah. Hamburan ini
terkenal dengan istilah hamburan Rayleigh. Hamburan Rayleigh merupakan hamburan elastis
gelombang elektromagnetik (termasuk cahaya) yang disebabkan saat seberkas cahaya
melewati partikel dimana panjang gelombang cahaya lebih panjang dari pada
panjang gelombang partikel yang dilewatinya.
Pada kenyataannya, saat matahari melewati lapisan udara
atau atmosfer, panjang molekul-molekul udara seribu kali lebih kecil dari pada
panjang gelombang cahaya matahari itu sendiri.
Sehingga hal ini menyebabkan cahaya matahari terhambur
menjadi beberapa macam gelombang warna seperti ungu, biru, hijau, kuning,
orange dan merah.
Hamburan warna biru merupakan hamburan warna terkuat atau
setidaknya empat kali lebih kuat daripada hamburan warna-warna lainnya. Langit
yang tampak biru tak lain merupakan hasil dari hamburan gelombang cahaya
matahari yang didominasi oleh hamburan gelombang cahaya warna biru.
Warna langit biru yang didominasi oleh hamburan warna
biru dari cahaya matahari. Sejatinya langit tidaklah memiliki warna, dan warna
yang tercipta merupakan warna yang terjadi akibat hamburan dari cahaya
matahari.
Saat
malam pun juga demikian. Warna biru yang muncul saat bulan purnama atau saat
bulan menyinari bumi adalah sebagai akibat dari terhamburnya cahaya matahari
oleh molekul udara yang kemudian warna langit didominasi oleh warna biru. (sumber: Eko Hadi G / KafeAstronomi / atoptics.co.uk /
allposters.com.au / wallcoo.net).
sebagai rujukan mengenai artikel yang membahas gejala alam lainnya anda dapat membacanya di sini.
Unknown
Gejala Fisika