FISIKAINFI.com Bagian III Penjelasan Fermi Paradox
Pertama-tama kita semua setuju bahwa belum ada jawaban pasti dari Fermi Paradox ini, tapi beberapa ilmuwan sudah memberikan hipotesis untuk menjelaskannya. Tidak ada kata sepakat, karena beberapa ilmuwan berbeda pandangan mengenai penjelasan konkrit dari paradox satu ini. Kemungkinan jawaban yang berkembang saat ini adalah sebagai berikut:
1. Peradaban Tipe II dan III? Ah, Gak Mungkin Ada Itu!!
Pandangan ini berpendapat bahwa peradaban tipe I yang dikemukakan Nikolai Kardashev tidak akan mungkin sampai pada peradaban tipe II apalagi tipe III karena ada faktor yang menghambatnya. Faktor ini kemudian dikenal dengan The Great Filter.
Hipotesis ini menjelaskan bahwa pada rentang waktu tertentu, semua peradaban berlomba-lomba berevolusi dari peradaban tipe 0 ke peradaban tipe lebih tinggi hingga pada suatu masa peradaban tersebut membentur suatu "dinding filter" yang menyeleksi peradaban tersebut sehingga hanya segilintir saja yang bisa lolos dan berevolusi ke peradaban tipe berikutnya. Yah, analoginya seperti jutaan sperma yang berlomba-lomba menembus dinding ovarium untuk membuahi sel telur, pada akhirnya hanya satu yang berhasil. ^_^
Nah, apabila kita beranggapan bahwa hipotesis ini benar, akan muncul pertanyaan lain yaitu kapan The Great Filter ini terjadi? Berdasarkan peradaban sendiri maka akan ada 3 kemungkinan jawaban pertanyaan barusan, yaitu:
a. we are rare ( kita sudah melewati The Great Filter)
Kemungkinan ini di dukung oleh seorang paleontologist asal Amerika, Peter D. Ward, yang kemudian idenya di wujudkan dalam salah satu bukunya yang berjudul Rare Earth.
Skenario ini menjelaskan kenapa belum ada peradaban tipe III, karena kita adalah satu-satunya (atau satu dari cuman dua) peradaban yang melewati The Great Filter. Kemungkinan ini menjelaskan bahwa kita sudah melewati The Great Filter, entah itu saat protein organik pertama yang kemudian membentuk mahluk bersel tunggal dulu atau saat Paranthropus berevolusi menjadi Advanced Australopithecus, saat manusia Cro Magnon menjadi Homo Sapiens modern atau bahkan saat letusan Toba Supervolcano.
Nah, apabila memang seperti ini, tidak aneh apabila kita seperti sendirian di alam semesta ini karena peradaban dari spesis lain tidak bisa melewati The Great Filter-nya masing-masing dan menyebabkan spesis mereka tidak berkembang menjadi mahluk berintelegensi tinggi (seperti manusia) atau bahkan musnah.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, menurut kemungkinan we are rare, kita sedang menuju ke tipe peradaban yang lebih tinggi (tipe I, II, dan III).
b. we are first (kita yang pertama melewati The Great Filter)
Hampir sama dengan poin a sebelumnya, hanya saja menurut kemungkinan ini kita yang pertama melewati The Great Filter dan peradaban spesis lain mengikut di belakang kita. Sehingga bisa disimpulkan peradaban kita lah yang paling maju.
Menilik peradaban kita saat ini yang baru bisa mengirimkan Voyager 1 (pesawat tanpa awak terjauh) hanya sampai keluar tata surya (masih berlanjut walau misi utamanya telah selesai), bagaimana dengan peradaban lain yang lebih rendah dari kita. Maka tidak heran sinyal dari spesis/peradaban lain belum sampai (atau belum dikirimkan) karena teknologi mereka yang jauh lebih tertinggal dari pada teknologi kita.
c. we are fucked ( kita belum melewati The Great Filter)
Oke, ini memang kemungkinan paling jelek yang terjadi saat ini. Jadi sebenarnya kita belum melewati The Great Filter. The Great Filter mungkin adalah asteroid super besar salah alamat yang kemungkinan jatuh di masa depan, gamma ray burst, atau yang paling nyeleneh, kehidupan manusia ini memang dirancang hanya untuk ambruk sendiri sebelum melewati The Great Filter.
Makanya, Nick Bostrom, seorang filsuf asal Swedia yang mengajar di Universitas Oxford dalam papernya yang berjudul
"Where Are They?" mengatakan "no news is a good news" dalam usaha umat manusia mencari mahluk intelegensi lainnya di alam semesta.
2. Peradaban Tipe II dan III Ada, Tapi Ada Alasan Logis Mengapa Kita Belum "Mendengar" Mereka
Dalam hipotesis ini, peradaban tipe II dan III sudah eksis. Mereka (peradaban tipe II dan III) mengesampingkan The Great Filter dan beranggapan bahwa evolusi itu terjadi secara
ubiquitous dan lumrah. Peradaban manapun termasuk kita dapat menjadi peradaban tipe I, II maupun III.
Untuk menjelaskan Paradoks Fermi, ilmuwan yang sepakat dengan hipotesis ini mengajukan beberapa kemungkinan yaitu :
a. mahluk supercerdas dari peradaban dan sistem planet lain sudah pernah ke Bumi dahulu kala
Jadi seperti ini, manusia eksis di bumi sekitar 1,8 juta tahun lalu (saya hitungnya dari Homo Erectus). Kalau memang ada mahluk peradaban tipe II dan III mereka pasti sudah berevolusi milyaran tahun lalu dan kemungkinan mereka sudah pernah ke Bumi tapi manusia belum eksis, yang ada hanya dinosaurus dan spesis lain sehingga mereka pergi lagi.
b. Galaksi sudah terkolonisasi, tapi Bumi berada di daerah pinggiran yang jauh
Kemungkinan ini menyatakan bahwa sebenernya seisi galaksi Bima Sakti sudah ditempati (baca :
Hipotesis The Fermi Paradox Part I ) tapi letak Bumi yang di daerah pinggiran sehingga belum ada mahluk peradaban tipe III yang mau mengunjungi/mengirim tanda ke Bumi. Analoginya seperti Jakarta itu lho, coba bandingin sama Kabupaten Dogiyai di Papua. Yah, seperti teori dasar
Urban Planning yang mengatakan sebaran Central Bussines District itu
teraglomerasi (bergumpal) ke pusat kota. Kalau dalam galaksi kita anggap pusat kotanya ya pusat galaksi itu sendiri.
c. peradaban tipe II dan III tidak mau berurusan sama peradaban primitif seperti kita di Bumi
Nah, coba bayangkan peradaban tipe II dan III yang telah di bahas sebelumnya, mereka mempunyai lingkungan hidup sempurna, punya resource energi tanpa batas, bisa memenuhi kebutuhan mereka tanpa harus kemana-mana, ngapain lagi ngurusin Bumi coba.
d. ada kumpulan predator super menakutkan di luar sana, dan semua mahluk berintelegensi tahu itu
Mahluk peradaban tipe II dan III sebenarnya tahu bahwa di luar sana terdapat kumpulan predator mematikan yang dapat mengancam keberlangsungan hidup peradaban mereka sehingga mereka lebih baik tidak mengirmkan sinyal apapun yang akan menggiring penerima sinyal langsung ke tempat mereka. Cuman kita satu-satunya mahluk idiot yang terus-terusan mengirim sinyal ke angkasa, awas saja ntar di datangi sama The First Order. hahahah
Nasib kita mungkin akan sama seperti yang dialami oleh suku Aztec yang didatangi oleh penjajah dari Spanyol. Teknologi suku Aztec kalah jauh di banding pasukan Spanyol dan menyebabkan mereka musnah tak bersisa. Sebenarnya Stephen Hawking juga sudah memperingatkan agar manusia tidak mengundang mahluk lain ke Bumi, itu sama saja dengan mengundang maut.
e. hanya ada satu peradaban super yang mendominasi galaksi
Peradaban tersebut hampir sama seperti manusia di Bumi. Mereka dengan sengaja membuat suatu peradaban berkembang tanpa menyentuhnya terlebih dahulu sebelum kemudian "dilahap" apabila sudah tiba waktunya.
Atau ada suatu peradaban yang menghancurkan peradaban lain sebelum berkembang menjadi peradaban yang lebih maju. Yah, Bumi tinggal menunggu waktu aja.
f. teknologi kita terlalu primitif
Jadi seperti berjalan di sebuah jalanan modern sambil memegang walkie talkie dan berharap akan mendengar sesuatu dari walkie talkie tersebut. Kita tak akan mendengar apapun karena mereka sudah beralih ke smartphone, misalnya.
Michio Kaku menganalogikan "manusia itu seperti semut, yang tidak sadar ada jalan layang 10 jalur di samping sarang mereka".
g. kita sudah mendapatkan sinyal dari mahluk angkasa, tapi pemerintah menyembunyikannya
Nah, yang ini favoritnya penyuka teori konspirasi. Mirip-mirip seperti skenario dalam film terkenal Men In Black.
h. peradaban yang lebih tinggi mengetahui dan mengamati kita ( AKA “Zoo Hypothesis” )
Singkatnya, semua mahluk supercerdas sudah bekerja sama satu sama lain dan membentuk semacam federasi. Untuk melindungi keragaman sosial mereka membuat peraturan yang berisi salah satunya adalah tidak melakukan kontak dengan peradaban di bawah tipe II.
Alasannya antara lain adalah ketidaksiapan peradaban tipe di bawah II itu sendiri. Jadi ingat sama kata-katanya Thor di film Avengers II (kalau tidak salah) bahwa dengan meneliti dan membuat senjata dari Tesseract berarti manusia sudah siap ke medan perang dengan level lebih tinggi.
Bayangkan saja jika tidak ada aturan tersebut, peradaban tipe II atau III dengan mudahnya menjajah dan menghancurkan peradaban primitif seperti di Bumi. Keadaannya akan seperti Navy Seal yang menggempur suku Indian dengan kekuatan penuh, musnah dalam waktu singkat. Apabila itu terjadi, habislah peradaban-peradaban di galaksi ini, tidak akan ada keseimbangan. Nah, ini yang ingin di jaga federasi dengan membuat peraturan seperti tadi.
Nah itu dia dua pandangan yang selalu di jadikan jawaban sementara untuk kasus The Fermi Paradox.
Solusi Fermi Paradoks yang lebih nyentrik? Ini dia :
Sebenarnya Realitas itu Tidak Ada, Kita Hidup di Dalam Simulasi Komputer
Ini kedengarannya seperti lelucon dan tidak masuk akal. Tapi jangan salah, pandangan ini punya paper ilmiahnya yang di buat Nick Bostrom, ahli filsafat dari Universitas Oxford. Papernya bisa di lihat di sini.
Katanya, ada sebuah entitas super cerdas (dan nyentrik tentunya) yang membuat simulasi alam semesta, yaitu alam semesta yang kita tinggali sekarang. Yang di buat baru manusia, mahluk lain sperti alien belum sempat di buat dan angkasa luar yang kita lihat hanya seperti hologram dan lukisan simulasi agar efeknya lebih nyata.
Bagian IV Penutup
Setelah membaca tulisan yang di buat jadi dua bagian ini berasa agak pusing gak? Hehehe. Bagaimanapun penjelasan di atas hanya sebatas hipotesis dan belum teruji kebenarannya, mau percaya atau tidak itu tergantung kepercayaan kalian masing-masing (ya iyalah :p).
Yang jelas dalam Paradoks Fermi ini, manusia cenderung dalam posisi tidak terlalu penting. Ini bagus untuk dasar filosofi, untuk sadar betapa kecilnya kita dibanding alam semesta nan luas ini.
Sekian dulu postingan Hipotesis The Fermi Paradox ini, semoga bermanfaat bagi pembaca.